Jumat, 16 Juni 2017

BAHASAN TENTANG GAMBAR DENGAN POLA GUNUNG KEMBAR


RESUME SENI RUPA PERTEMUAN KE 14

BAHASAN TENTANG GAMBAR DENGAN POLA GUNUNG KEMBAR


Pola gambar gunung kembar menjadi fenomena yang menarik sebagai bahan kajian dalam membahas gambar karya anak-anak Indonesia.Pola ini, selalu muncul dalam gambar buatan anak-anak di manapun anak-anak itu bertempat tinggal. Pola pengaruh lingkungan yang selama ini ditunjuk sebagai kekuatan yang bisa mewarnai kegiatan menggambar anak-anak, ternyata tidak semuanya bisa dibuktikan.

            Ada sesuatu yang jelas menjadi penanda munculnya gambar pola gunung kembar,yaitu ketika anak-anak mulai berhubungan dengan orang lain di luar keluarganya.Terutama ketika anak-anak mulai memasuki dunia sekolah:Taman Kanak-kanak (TK), berlanjut ke tingkat Sekolah Dasar (SD), bahkan hingga sekolah menengah (SMP dan SMA).

Sebuah kondisi umum yang ditemukan dalam gambar anak-anak dengan pola "gunung kembar" adalah 2 bidang 'luas' yang sulit ditaklukan oleh anak-anak. Pola gambar tersebut menyisakan dua ruang bidang gambar yang penggarapannya bisa melelahkan.Seseorang yang ingin mengisi kedua bidang tersebut, harus berpikir "bagaimana mengisi lahan luas di depan penggambar hingga ujung kaki gunung"? Kesadaran bahwa antara gunung dengan penggambar ada 'jarak' yang amat luas ,amat jauh.

Sebuah pemecahan masalah yang lazim ditemukan adalah, setelah menempatkan jalan lurus atau berkelok (ini bagian pola 'wajib' dalam pola gambar "gunung kembar"),adalah mengisi bidang kiri dengan gambar petak-petak sawah atau tegalan yang berpohon jarang, dan sebelah kanan dengan ruang berair sejenis danau atau laut.Pola ini bisa juga memaksa penggambar untuk mengisi bagian kiri dan kanan dengan tegalan,sementara bagian tengah dengan lahan berair. Bagi anak-anak sekolah TK dan SD kelas rendah, kondisi itu tidak terlalu memberatkan.Bagi mereka, isi tegalan bisa berupa satu rumah, satu pohon besar (pohon kayu atau kelapa),satu orang, dan satu vas bunga.Bagi mereka isi tegalan yang luas itu cukup dengan objek-objek tadi. Tetapi bagi anak-anak kelas 5 dan 6 SD misalnya,apalagi remaja SMP dan SMA,mereka dibebani oleh 'keharusan' mengisi ruang dengan objek gambar yang "rasional".Beban inilah yang kerap dikeluhkan oleh anak-anak dan remaja yang sejak awal hanya bisamenggambarmengikuti pola "gunungkembar".


             Anak-anak yang pola berpikir ruangnya telah mengikuti pola pikir teori gambar perspektif, di antaranya bisa mengatasi beberapa kendala pola gambar "gunung kembar" itu. Misalnya, mereka menemukan bahwa objek yang dekat dengan penggambar ukurannya lebih besar, sehingga bisa menutup sebagian ruang gambar.

Sementara gambar objek lainnya yang jauh dari penggambar, dibuat dengan ukuran lebih kecil, dan sebagian terhalang objek yang lebih dekat posisinya. Objek disusun bersaf saling menghalangi. Ada juga yang menemukan cara "perebahan" yang khas. Contohnya, ketika ada gambar objek jalan yang telah dibuat, maka gambar pohon, tiang listrik, rumah, atau objek lainnya direbahkan ke arah sisi jalan yang berbeda: ke kiri dan ke kanan. Gambar kendaran bisa digambarkan rebah ke arah kiri atau ke kanan.

             Dan yang lebih unik, ketika ada gambar sebuah lapangan atau kolam dengan dasar gambar segi      empat, objek-objek akan digambarkan rebah keempat arah sisi bentuk sebi empat objek. Namun kebanyakan anak dan remaja mengalami kesulitan karena mereka menggunakan pola gambar perspektif burung: semua objek digambar dengan posisi penggambar dari arah atas. Satu pola lagi yang kerap ditemukan sebagai bentuk penaklukan ruangan perspektifis pada anak dan remaja adalah pola susun yang biasa digunakan dalam lukisan tradisional.Objek disusun berderet ke arah bidang atas.Objek yang jauh ditempatkan lebih di atas.

Yang perlu mendapat perhatian guru dan orang tua adalah beban berat yang dihadapi anak-anak ketika mereka telah sangat kuat terikat pola gambar "gunung kembar". Anak-anak menghadapi bidang gambar yang harus diisi begitu banyak objek (tuntutan rasio), sementara mereka memiliki keterbatasan imajinasi. Jalan keluar menghadapi permasalahan itu adalah mengenalkan pola perspektif objek, bahwa benda-benda yang ada di alam tidak berposisi sama semuanya. Objek-objek selalu menempati ruang yang berbeda (:contohkan dengan melihat benda-benda sebenarnya di alam).

Menggambar alam, sebaiknya melihat langsung alamnya. Menggambar menggunakan imajinasi semata kerap berbentrokan dengan pertimbangan rasio. Pertimbangan rasio itulah yang sering membebani anak-anak dan remaja. Apalagi jika beban itu ditambah oleh pertanyaan dan pernyataan guru atau orang tua: "Kok gambarnya begitu? Mengapa tidak begini dan begitu?"!

Apakah gambar pemandangan dengan latar gunung kembar itu arketif anak-anak Indonesia? Unsur bentuk gambar lain yang kerap muncul adalah matahari (: ada yang muncul di sela gunung, ada yang penuh bulat di atas gunung, ada juga yang muncul setengah atau sepertiga di sudut atas kiri atau kanan kertas) yang digambarkan memancarkan sinar, burung dengan bentuk dasar tanda silang, jalan lurus atau berkelok ke arah gunung, sering dilengkapi gambar tiang listrik yang berderet atau pohon-pohon semua digambar dengan sudut pandangan perspektivis.

Hal lain yang biasa ditemukan, di kiri-kanan jalan digambarkan hal-hal lain yang beragam: ada kotak-kotak sawah diisi gambar rumpun padi dengan pola bentuk seperti mata panah terbalik, ada juga gambar danau atau sungai lengkap dengan perahu atau pemancing ikan di pinggirnya, atau gambar rumah khas yang dilengkapi vas bunga berderet. Gambar awan, yang dibuat oleh generasi sebelum ada ajaran Tino Sidin di TVRI Pusat, berbentuk deretan garis melengkung setengah lingkaran yang disusun berjenjang menyerupai pola segitiga tumpul, kini bentuknya seperti bentuk kapas meniru gaya awan dalam komik manga. Semua pola tersebut tampil seperti seragam pada semua gambar dari beragam tempat asal pembuat gambar.

Gambar pola gunung kembar memang arketif gambar anak-anak Indonesia. Anak-anak berkebutuhan khusus dengan spesifikasi retardasi mental pun menggambar menggunakan pola yang sama dengan kebanyakan anak-anak normal. Berulangkali surfing mencari gambar anak-anak di luar Indonesia, hingga kini belum menemukan gambar dengan pola pemandangan dengan latar gunung kembar. Hal ini semakin jelas mengindikasikan bahwa gambar pola gunung kembar adalah ciri khas gambar anak-anak Indonesia. 

            Gambar pola gunung kembar tidak akan pernah bisa terhapus oleh zaman,karena sudah sangat melekat di hati dan pikiran masyarakat.terutama anak-anak.


Dibawah ini adalah contoh gambar gunung kembar dengan aneka variasinya.Gambar-gambar diambil dari sekolah-sekolah TK dan SD di sekitar Bali.










Di bawah ini merupakan gambar-gambar dan beban dalam pola gunung kembar.






Tegalan yang luas, dalam pola gambar "gunung kembar", menjadi beban tersendiri bagi anak-anak yang telah 'dikuasai' pertimbangan rasionya


         
Bagian lahan berair menjadi pilihan yang dianggap 'aman' untuk mengisi ruang gambar yang luas, di samping tegalan yang tak rimbun

Gambar jalan dalam pola gambar "gunung kembar" seolah menjadi objek 'wajib'. Anak-anak tertentu menggarap penggambaran gunung menjadi lebih beragam dari pola dasar yang telah mereka dapatkan

Pola gambar perspektif burung, penggambar berada di posisi atas, menyebabkan lahan gambar yang semakin luas, semakin berat beban keharusan dalam mengisi lahan luas tersebut


Objek yang dekat dengan penggambar telah direkam secara benar (menurut rasio), sementara objek lainnya masih diposisikan sesuai dengan imajinasi penggambar






Petak-petak sawah dan vas bunga menjadi sangat penting dalam gambar ini, sehingga ukurannya (secara rasio) lebih besar daripada objek lainnya, objek rumah misalnya


Kesadaran perspektif mulai tampak lebih dominan dalam gambar ini.Objek-objek mulai ditempatkan 'sesuai dengan posisinya'. Tetapi, beban tegalan masih menjadi beban yang juga dominan



Meniru lingkungan, paling tidak meniru gambar hasil karya orang dewasa, telah mengubah bebarapa bagian gambar yang dibuat oleh anak-anak

Pola perebahan objek gambar mengikuti arah bidang gambar, misalnya jalan, di sini kentara sekali, terutama dalam penggambaran kendaraan dan sebagian pohon yang ada di pinggir jalan. Imajinasi penggambar, dalam gambar ini, sangat dominan dibanding rasionya




Tidak ada komentar:

Posting Komentar