RESUME SENI
RUPA PERTEMUAN KE 12
KURIKULUM SENI
RUPA ANAK USIA DINI
Kurikulum
PAUD 2013 pada hakikatnya merupakan seperangkat rencana yang akan dilakukan
selama proses pembelajaran, sehingga mutlak diperlukan oleh setiap satuan
pendidikan. Kurikulum PAUD disiapkan oleh satuan PAUD yang bersangkutan sesuai
dengan kebutuhan anak dengan mengacu dalam Peremendiknas No. 58
Tahun 2009 tentang Standar PAUD. Setiap anak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri
sesuai potensi masing-masing. Pendidik bertugas membantu, jika anak
membutuhkan.
Kurikulum
2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No.20/2003).
Terdapat
dua dimensi dalam pengertian kurikulum 2013 diatas, yaitu :
- Kurikulum
adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
- Kurikulum
adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran
Rasional
Pengembangan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
- PAUD
merupakan pendidikan paling fundamental
- Perkembangan
anak dimasa selanjutnya sangat ditentukan oleh berbagai stimulasi yang
diberikan di usia dini
- Awal
kehidupan anak merupakan masa paling tepat dalam memberikan dorongan agar
anak dapat berkembang secara optimal.
- UU No
20/2003 , Bab 1 pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa PAUD merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan belajar dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
- Masa
peka belajar anak dimulai dari anak dalam kandungan sampai 1000 hari
pertama kehidupannya
a.menurut
ahli neurologi pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200 milyar
neuron atau sel syaraf yang siap melakukan sambungan antar sel
- sekitar
59 % kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun , 80 %
telah terjadi ketika berusia 8 tahun dan mencapai 100% ketika berusia 8
sampai 18 tahun
- Stimulasi
pada usia lahir – 3 tahun ini jika didasari pada kasih sayang bahkan bisa
merangsang 10 trilyun sel otak, namun dengan satu bentakan saja 1 milyar
sel otak akan rusak, sementara tindak kekerasan akan memusnahkan 10 milyar
sel otak.
Karakteristik
Kurikulum 2013 PAUD.
- Keseimbangan
pengembangan sikap, pengetahuan dan ketrampilan
- Penerapan
pendekatan saitifik yang diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar
- Memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar
- Penerapan
penilaian otentik secara tepat
- Memberi
waktu yang cukup untuk mengembangkan berbagai potensi anak
- STPPA
dicapai melalui kompetensi inti (K I/ kompetensi inti ) yang dirinci lebih
lanjut kedalam kompetensi dasar ( K D/ kompetensi dasar)
Tujuan
Kurikulum 2015 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) : mendorong perkembangan
peserta didik sehingga mempunyai kesiapan untuk menempuh jenjang pendidikan
selanjutnya baik dalam hal sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan.
Sedangkan
pendekatan yang dipakai adalah pendekatan tematik dan pendekatan saintifik ,
Pendekatan
Saintifik dalam K 13 adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mendapat pengalaman belajar melalui mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan
- Mengamati
dilakukan dengan :
- Melihat
(baik langsung maupun dengan alat)
- Mendengar
- Meraba,
menyentuh dan menekan
- Menghirup
/membanu
- Mengecap
- Menanya
sebagai salah satu proses mencari tahu atau mengkonfirmasi atau mencocokan
dari pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan pengetahuan baru yang
sedang dipelajari
- Mengumpulkan
informasi adalah keterampilan mengumpulkan berbagai informasi dari hasil
mengamati & menanya
- Mengaoosiasi
adalah kegiatan yang merupakan proses dimana anak menghubungkan pengalaman
baru dengan pengetahuan lama
- Asosiasi
dibangun melalui 3 kegiatan utama , yaitu :
- Membandingkan
(comparing)
- Mengelompokkan
(clasifiying)
- Pengukuran
(measuring using tools)
- Mengkomunikasikan
adalah kegiatan anak untuk
- menyampaikan
hal – hal yang telah dilakukan dalam berbagai bentuk, misal : gambar,
hasil karya, cerita yang disampaikan dalam kelompok
- proses
mengkomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan terhadap pengetahuan
baru yang didapatkan anak.
- Penebalan
pada proses persambungan antar sel otak
Didalam kurikulum kesenian juga
di atur sedemikian rupa untuk dikembangkan kepada anak usia dini .Dari sudut
pandang seni Secara alamiah anak sudah memiliki seni. Dari mereka berumur 0 – 8 tahun.
Anak-anak sudah bisa mengembangkan dan mempunyai imajinasi. Anak berumur 1
tahun sudah mulai mencoret-coret apa saja. Ia mulai mempelajari dan menyerap
segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Setiap benda yang dimainkan
berfungsi sesuai dengan imajinasi si anak.
metode deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana cara
mengajarkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini. Seperti yang kita
ketahui setiap orang sudah mengenal tentang seni rupa. Dalam kehidupan kita
untuk melengkapi dirinya dengan berbagi peralatan dan penunjang untuk
menyempurnakan pekerjaannya. Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan komunikasi.
Pembelajran seni rupa pada anak usia dini memerlukan pengelolaan sesuai dengan
karakteristik dan situasi social yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak
usia dini. Sehingga anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman hidup mereka
sendiri.
Pengertian
Seni Rupa
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa
batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni
tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang
tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang
dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai
catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan
juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun
demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses
belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari
pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni
rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain
itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial,
emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat,
seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu
bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh
indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah
teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb.
Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun
tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita
dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu
seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak
ada jika kita merabanya.
Pengelolaan
Seni Rupa dalam Segi Pembelajaran pada Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini memerlukan pengelolaan
sesuai karakteristik dan situasi sosial yang kondusif untuk keberhasilan
belajar anak usia dini. Sifat pembelajarannya yang kooperatif dengan sebagian
kelompok kecil maupun besar, bertangung jawab, belajar menunggu giliran,
bekerja tanpa mengganggu teman, membereskan alat, mengambil keputusan, memilih
kegiatan, dan kesemuanya terjadi tanpa tekanan melainkan berjalan alamiah.
Anak belajar mematuhi aturan yang dibuat bersama dalam
kelas, dating tepat waktu, cara mendapat perhatian dari guru, cara guru meminta
perhatian dari anak. Anak dapat mengatur management atau pengelolaan kelas
berarti dapat mengatur bahan dan kelompok kegiatan. Ada yang bekerja di meja,
di lantai, dengan beragam instruksi untuk banyak kelompok, mengikuti kemajuan
setiap anak, fleksibel, bisa juga statis atau dinamis, menjadi non produktif
atau sangat produktif. Hal ini juga mempertimbangkan tumbuh kembang EQ mereka
(Berliner dalam Tolopan; 1978)
Guru yang mengelola kelas yang efektif juga akan
membuat anak berhasil. Dari yang tersebut di atas akan diketahui bahwa memang
program TK terdiri ataspembiasaan dan perkembangan dasar. Jadi pelaksanaan
perencanaan juga berorientasi kearah dua tujuan itu, dengan mengamati
perkembangan individu anak. Di dalam kelas ada kelompok-kelompok sesuai
kemampuan. Kemampuan anak tidak sama. Untuk itu guru perlu mengetahui
perkembangan anak agar dapat memberikan kegiatan sesuai kebutuhan anak yaitu
perkembangan emosi dan sosial, motorik kasar dan halus, pengamatan dan ingatan,
penglihatan dan pendengaran serta mengekspresikan dan menerima bahasa.
Dalam setiap macam perkembangan tersebut, anak
kadang-kadang sagat cepat, sedang-sedang saja atau lamban daya tangkap atau
peningkatannya. Bagi yang sudah mahir, dipersiapkan bentuk yang dapat mereka
jiplak, gunting, tempel dan warnai. Tugas itu diharapkan mampu ia selesaikan.
Bagi yang sedang-sedang tugas, hampir sama degan yang sudah mahir, dengan
bentuk yang sudah tersedia atau boleh ia pilih sendiri yang sama. Bagi yang
kurang dipersiapkan kertas yang hanya diberi garis lurus yang perlu ia gunting.
Pujian juga sama diberikan kepada mereka. Di sinilah pengertian yang harus
ditunjukkan agar anak merasa berhasil dalam tingkat kemampuannya (Fisher dalam
Tolopan; 1991)
Pengelolaan waktu yang mereka butuhkan akan sangat
bervariasi. Tidak ada jenjang pendidikan yang sangat kompleks seperti
pendidikan anak usia dini. Semuanya dilakukan dengan santai tanpa menekan. Lama
anak di TK bervariasi antara dua setengah sampai tiga setengah jam di sekolah.
Enam hari seminggu atau melihat situasi dan tempatnya. Untuk kelompok bermain
dapat diadakan tiga hari dalam seminggu. Jadwal di TK seperti pembukaan, inti,
dan penutup, dapat saja untuk TK A dan B berlainan. Karena masa transisi anak
TK A dan B berlainan. Bila anak di TK A dipaksakan untuk sudah mampu mengikuti
program yang sama dengan kelas TK B, maka anak akan sangat tertekan dan tidak
menyukai sekolah. Untuk itu maka dibutuhkan keluwesan penjadwalan, misalnya
dengan ditukarnya inti dan pembukaan dengan maksud supaya anak-anak lebih bebas
memilih kegiatan yang diminati dan mengendalikan emosi pada masa penyesuaian
diri dengan sekolah akan lebih terbantu. Dari waktu ke waktu selama anak
melaksanakan kegiatan, pasti ada saat-saat guru minta perhatian anak. Untuk itu
dapat digunakan tanda guru yang tidak terlalu keras, tetapi cukup memberi tanda
minta perhatian.
Pengelolaan materi tediri dari berbagai macam alat
permainan edukatif : pasir, air, bangunan berbagai karya seni dan materi
kreatifitas lainnya. Materi ini dikembangkan guru sesuai kebutuhan anak.
Diharapkan interaksi antara guru – materi – anak semaksimal mungkin. Keluwesan
ini membuat setiap anak merasa berhasil dan permasalahan dapat diatasi
(Berliner dalam Tolopan; 1978)
Variasi Seni
Rupa yang Memperkaya Media Pendidikan
Permainan untuk anak usia dini sangat banyak
variasinya. Dari yang sederhana sampai yang sulit atau benar-benar meningkatkan
daya pikir anak. Kegiatan untuk anak usia dini tidak terlalu terpojokan dengan
penuh masalah dan kerumitan. Pedoman utama ialah sebanyak mungkin semua
dikerjakan anak, diciptakan anak tanpa terlalu banyak campur tangan. Beri
kesempatan yang cukup ,interaksi guru yang berarti, komentar bukan basa-basi,
beri pujian yang keluar dari hati sanubari dan bersungguh-sungguh.Macam-macam
permainan misalnya : Permainan manipulatif yaitu memainkan alat-alat yang akan
memberi kesempatan mengajarkan konsep dari warna, bentuk, ukuran jumlah,
bilangan, sampai membandingkan, menyamakan, dll. Permainan imajinasi dini
dimunculkan guru dengan mempersiapkan situasi professional dengan berbagai
atribut yang dimiliki profesi tersebut.
Perlunya
Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini
Menurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya
penting, penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali
perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu
mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas
perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan
secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk
mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat
mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan;
1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina
hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang
lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan
memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap
emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak
teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama,
mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan
komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.Menurut Goleman (1995)
mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif
sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui bukunya yang terkenal “Emotional
Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian
anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli.
Perkembangan Kognitif tidak dating dengan sendirinya. Untuk mendorong
pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak.
Serta harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui
pendidikan senirupa di sekolah.
Dari
berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan yang biasa
dilakukan anak pada saat pembelajaran, yaitu :
1.
Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari
perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga
dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi
membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia
mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain,
gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk
bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil
gambar dan cara anak menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini
biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa
mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa
goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia
2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai
menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka
berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap
ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih
luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun
sudah lebihTujuan menggambar bagi anak :
1.
Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2.
Mengembangkan daya kreativitas
3.
Mengembangkan kemampuan berbahasa
4.
Mengembangkan citra diri anak
2. Finger
Painting (Lukisan Jari)
Pada
kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni
yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger
painting.
Tujuan dari
kegiatan ini adalah :
- Dapat
melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan
kematangan syaraf.
- Mengenal
konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita
dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi
mereka.
-
Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang
sekunder dan tersier.
-
Mengendalkan estetika keindahan warna.
- Melatih
imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa
metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
•
Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
•
Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan
hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak
selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang
berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak
usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar
sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan
adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan
mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan
cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja.
Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam
lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup
mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang
muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka
disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan
dapat membantu mengungkapkanide-ide.
4. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah
penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di
kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain,
bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai
bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang
penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa
macam kolase yaitu:
• Kolase
dengan kertas dan kain
• Kolase
dengan tekstur
5. Mencetak
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai
dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan
idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun
dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah
diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal
mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya).
Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebutmemuat
gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian
dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari
Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita.
Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting
khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini
mereka sungguh-sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi
efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.
6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat
menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih
diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan
keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup
mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah
bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah
membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di
sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia
sekitar mereka.
7. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai
mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa
adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa
Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk
adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog
dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud
dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti
kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah
liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk
sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah
liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Peranan Seni
Rupa
Peranan Bagi
Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan
yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan.
Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan
bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa
senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak
dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok
mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya.
Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak,
menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa
yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat
berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa.
Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk
berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan
“peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam
kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk
kemampuan menerima kebudayaan.
Peranan Guru
Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di
kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola,
perencana, penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru yang
simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak
bagi guru sekolah dasar.
Peranan
Sekolah
Sekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih
diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di
masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak
dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin
(diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh
perangkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar